Kemarin saya dan beberapa teman beranjangsana di Senayan City yang hanya sepelemparan batu dari kampus kami (sepelemparan batu dalam arti denotasi, coba saja. Hehe). Saat sedang berbincang-bincang di Starbucks (nope, saya gak beli, teman saya yang beli, ga kuat bayarnya), tiba-tiba serombongan bapak-bapak bersafari datang dan mengambil tempat persis di sebelah kami. Dalam benak saya terlintas, “Huh…. Birokrat”.
Cukup banyak jumlah orang dalam rombongan tersebut, sekitar 10 orang. Mereka membagi diri dalam 2 meja, yang satu lebih banyak dari yang lain. Meja yang lebih banyak ditempati beberapa bapak-bapak bersafari, dua orang bapak berbaju kasual beretnis Tionghoa, dan seorang bapak paruh baya yang perutnya luar biasa gembul. Meja yang lainnya ditempati kurang lebih 3-4 orang yang salah satunya berperawakan tegap dengan rambut cepak. “This must be the bouncer section“, batin saya.
Teman saya Qoffa langsung berujar, “Wuih, ngeliat orang-orang bersafari gini lg ngumpul-ngumpul, asyik banget kalau tiba-tiba ada 3 Innova tiba-tiba datang terus dari dalam mobil keluar anggota KPK dan menangkapi mereka”. Saya langsung tertawa lebar.
Lalu saya dan Qoffa mengobrol ngalor ngidul kemana-mana soal safari, BIN, KPK, dan entitas pemerintah lainnya. Dari mulai analisa asal-asalan seperti, “Intel ga mungkin pake safari ya. Kan ntar jadi mencolok”, sampe yang mulai-mulai ngaco seperti, “Eh, kita bikin jaket sablonan KPK yo, trus jalan-jalan ke mall sambil naro headset wireless di kuping”.
Tanpa saya sadari rupanya oknum-oknum yang duduk di bouncer section mendengar obrolan saya dengan Qoffa. Mereka diam-diam menyimak obrolan kami. Yang tak mereka tahu adalah (karena saya pengagum Carl Bernstein) bahwa saya juga diam-diam menyimak pembicaraan para pria bersafari di meja sebelahnya (Hehe). Tak banyak yang saya dengar, karena selain mengobrol dan menyimak, perhatian saya juga terbagi kepada sepasang sejoli yang bermesraan di teras Izzi Pizza dengan mesranya layaknya film Prancis (Kalau kata Toby, “Please, get yourselves a room).
Tapi yang saya dengar dengan pasti dan jelas adalah salah seorang yang bersafari berkata, “Kalau sekarang-sekarang jangan pakai telepon deh, lagi ga aman” (Saya tak suka Antasari Azhar, tapi “Hidup KPK!!”).
Saat waktunya untuk cabut dari Starbucks, orang-orang di meja sebelah kami itu menatap kami dengan sorotan mata yang tajam, apalagi yang duduk di bouncer section. Saya hanya ingin tahu ekspresi mereka selanjutnya andaikata kami memang benar-benar orang KPK. Haha.
*Maaf tidak ada foto. Sebenarnya saya berhasil menjepret beberapa, tapi karena hasilnya tidak maksimal, jadi tidak saya sertakan di sini.